Kamis, 17 Oktober 2013

Fenomena Terkait Psikologi

Banyak sekali fenomena yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan psikologi. Ada suatu fenomena terkait psikologi tentang perempuan yang menyakiti dirinya sendiri. Fenomena tersebut dimuat dalam pemberitaan di website,
http://www.suarapembaruan.com/home/jumlah-perempuan-muda-australia-yang-menyakiti-diri-sendiri-melonjak/40608, 



Perempuan-perempuan Muda Australia Yang Menyakiti Diri Sendiri
Dalam laporan yang diluncurkan oleh Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Australia tersebut, dikatakan bahwa pada tahun 2010 dan 2011 terdapat lebih dari 26.000 catatan perawatan bagi pasien yang telah menyakiti diri mereka sendiri. Kebanyakan pasien tersebut berjenis kelamin perempuan.
Dalam kelompok umur 15 sampai 19 tahun, jumlah pasien perempuan tiga kali lebih banyak dibanding laki-laki.
Kasus meracuni diri sendiri dan overdosis di kalangan perempuan meningkat tajam selama sepuluh tahun  terakhir ini, dan jumlah kasus menyakiti diri sendiri dengan menggunakan benda tajam meningkat lebih dari dua kali lipat.
Hazell berkata bahwa perempuan biasanya menyakiti diri sendiri sebagai cara untuk menghadapi masalah. Gejala tersebut menunjukkan adanya isu yang lebih serius di baliknya, seperti depresi, stres, atau bullying.
“Sepertinya, bagi kalangan remaja yang masih amat muda, mereka melakukan itu lebih karena mereka merasa diri mereka tidak baik,” jelasnya. “Mereka berusaha menghukum diri sendiri.”  
Bec, seorang wanita 25 tahun berkata, bahwa ia pertama kali menyakiti dirinya sendiri pada saat berumur 12 tahun.
“Pada umur itu saya mulai menderita depresi dan cukup parah, dan bila menderita depresi, kita meyakinkan diri kita sendiri bahwa kita adalah orang yang tidak baik, sebagian dari akibatnya adalah kita beranggapan bahwa kita perlu dihukum, dan menghukum diri sendiri,” ceritanya.  
Profesor Hazell berkata bahwa, kebiasaan menyakiti diri sendiri tidak akan bertahan lama bagi kebanyakan orang, namun ada juga yang menjadi tergantung secara fisik atau emosional terhadap kebiasaan tersebut.
“Teorinya adalah bahwa saat mengalami rasa sakit tubuh kita melepaskan endorphin, yaitu zat serupa morfin, yang membuat kita sedikit mabuk atau merasa lebih baik,” jelasnya. 
Dr Alex Parker dari yayasan kesehatan mental remaja nasional Headspace berkata bahwa banyaknya pemuda yang menyakiti diri sendiri akhir-akhir ini juga disebabkan perubahan-perubahan faktor-faktor tersebut.
 



Dalam berita diatas, kasus tersebut termasuk dalam psikoanalis (didirikan oleh Signmund Freud). Menurut Freud pikiran-pikiran yang di repres atau di tekan, merupakan sumber perilaku yang tidak normal/menyimpang. Artinya, kebiasaan menyakiti diri sendiri merupakan perilaku menyimpang hasil dari pikiran-pikiran yang di repres.
Freud menyatakan bahwa insting terbagi menjadi dua (life instinct dan death instinct) dan kecemasan dibagi menjadi tiga,yaitu kecemasan objektif,kecemasan neurotik,dan kecemasan  moral).  Dalam kasus ini, kebiasaan menyakiti diri sendiri mengandung death instinct, yaitu kekuatan destruktif yang ditujukan pada diri sendiri. Dan mengandung kecemasan moral,  yaitu rasa cemas yang datang karena seseorang melanggar norma-norma moral seperti yang dikatakan oleh Bac (25 tahun) dalam berita diatas, ia melakukan kebiasaan tersebut karna ia meyakini dirinya adalah orang yang tidak baik.
Kebiasaan menyakiti diri sendiri berawal dari sumber energi pelaku yaitu Id. Kebiasaan ini masuk dalam Id jenis insting kematian, lalu ego pelaku menjalankan fungsi pengendalian agar upaya pemuasan dorongan Id itu realistis atau sesuai dengan kenyataan,karena menurut Proffesor Hazell dalam berita tersebut, saat mengalami rasa sakit tubuh seseorang akan melepaskan endorphin, yaitu zat serupa morfin, yang membuat kita sedikit mabuk atau merasa lebih baik. Jadi saat perempuan perempuan muda Australia dalam berita tersebut menyakiti dirinya sendiri disaat ia stress atau depresi, pelaku akan merasa dirinya lebih baik. Namun, tindakan tersebut tetap menjadi tindakan yang menyimpang.  


Basuki,A.M. (2008). Psikologi Umum, Seri Diktat Kuliah. Jakarta: Universitas Gunadarma.
 



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar