http://www.suarapembaruan.com/home/jumlah-perempuan-muda-australia-yang-menyakiti-diri-sendiri-melonjak/40608,
Perempuan-perempuan Muda Australia
Yang Menyakiti Diri Sendiri
Dalam laporan yang diluncurkan oleh
Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Australia tersebut, dikatakan bahwa pada
tahun 2010 dan 2011 terdapat lebih dari 26.000 catatan perawatan bagi pasien
yang telah menyakiti diri mereka sendiri. Kebanyakan pasien tersebut berjenis
kelamin perempuan.
Dalam kelompok umur 15 sampai 19 tahun,
jumlah pasien perempuan tiga kali lebih banyak dibanding laki-laki.
Kasus meracuni diri sendiri dan
overdosis di kalangan perempuan meningkat tajam selama sepuluh tahun
terakhir ini, dan jumlah kasus menyakiti diri sendiri dengan menggunakan benda
tajam meningkat lebih dari dua kali lipat.
Hazell berkata bahwa perempuan
biasanya menyakiti diri sendiri sebagai cara untuk menghadapi masalah. Gejala
tersebut menunjukkan adanya isu yang lebih serius di baliknya, seperti depresi,
stres, atau bullying.
“Sepertinya, bagi kalangan remaja yang
masih amat muda, mereka melakukan itu lebih karena mereka merasa diri mereka
tidak baik,” jelasnya. “Mereka berusaha menghukum diri sendiri.”
Bec, seorang wanita 25 tahun berkata,
bahwa ia pertama kali menyakiti dirinya sendiri pada saat berumur 12 tahun.
“Pada umur itu saya mulai menderita
depresi dan cukup parah, dan bila menderita depresi, kita meyakinkan diri kita
sendiri bahwa kita adalah orang yang tidak baik, sebagian dari akibatnya adalah
kita beranggapan bahwa kita perlu dihukum, dan menghukum diri sendiri,”
ceritanya.
Profesor Hazell berkata bahwa,
kebiasaan menyakiti diri sendiri tidak akan bertahan lama bagi kebanyakan
orang, namun ada juga yang menjadi tergantung secara fisik atau emosional
terhadap kebiasaan tersebut.
“Teorinya adalah bahwa saat mengalami
rasa sakit tubuh kita melepaskan endorphin, yaitu zat serupa morfin, yang
membuat kita sedikit mabuk atau merasa lebih baik,” jelasnya.
Dr Alex Parker dari yayasan kesehatan
mental remaja nasional Headspace berkata bahwa banyaknya pemuda yang menyakiti
diri sendiri akhir-akhir ini juga disebabkan perubahan-perubahan faktor-faktor
tersebut.
Dalam berita diatas, kasus tersebut
termasuk dalam psikoanalis (didirikan oleh Signmund Freud). Menurut Freud pikiran-pikiran
yang di repres atau di tekan, merupakan sumber perilaku yang tidak
normal/menyimpang. Artinya, kebiasaan menyakiti diri sendiri merupakan perilaku
menyimpang hasil dari pikiran-pikiran yang di repres.
Freud menyatakan bahwa insting terbagi
menjadi dua (life instinct dan death instinct) dan kecemasan dibagi menjadi
tiga,yaitu kecemasan objektif,kecemasan neurotik,dan kecemasan moral). Dalam kasus ini, kebiasaan menyakiti diri
sendiri mengandung death instinct, yaitu kekuatan destruktif yang ditujukan
pada diri sendiri. Dan mengandung kecemasan moral, yaitu rasa cemas yang datang karena seseorang
melanggar norma-norma moral seperti yang dikatakan oleh Bac (25 tahun) dalam
berita diatas, ia melakukan kebiasaan tersebut karna ia meyakini dirinya adalah
orang yang tidak baik.
Kebiasaan menyakiti diri sendiri
berawal dari sumber energi pelaku yaitu Id.
Kebiasaan ini masuk dalam Id jenis insting kematian, lalu ego pelaku menjalankan fungsi
pengendalian agar upaya pemuasan dorongan Id itu realistis atau sesuai dengan
kenyataan,karena menurut Proffesor Hazell dalam berita tersebut, saat mengalami
rasa sakit tubuh seseorang akan melepaskan endorphin, yaitu zat serupa morfin,
yang membuat kita sedikit mabuk atau merasa lebih baik. Jadi saat perempuan
perempuan muda Australia dalam berita tersebut menyakiti dirinya sendiri disaat
ia stress atau depresi, pelaku akan merasa dirinya lebih baik. Namun, tindakan
tersebut tetap menjadi tindakan yang menyimpang.
Basuki,A.M. (2008). Psikologi
Umum, Seri Diktat Kuliah. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar